Pelajar Wajib Tahu! Ini 6 Prasyarat Sukses Menuntut Ilmu
Manusia secara organisme sama dengan makhluk hidup lain. Manusia butuh makan, minum, udara, berkembang biak, melindungi diri dan segenap aktifitas makhluk hidup lainnya. Namun di antara semua makhluk hidup di bumi ini hanya manusia yang diberi akal. Dengan akal manusia membangun peradaban. Makhluk lain yang diberi akal adalah jin dan malaikat, tetapi mereka di alam sebelah. Jadi tidak masuk pembahasan di sini.
Peradaban yang kita capai dewasa ini seperti kemudahan teknologi, perkembangan dunia hiburan, adanya berbagai pilihan moda transportasi, berdirinya gedung-gedung pencakar langit, dan segenap bentuk-bentuk peradaban lain tidak dicapai dalam satu malam. Tetapi melalui proses panjang lewat penelitian, praktik penerapan pengetahuan, pengorbanan, adanya kesalahan, kemudian perbaikan dan berbagi pengalaman.
Manusia selalu mengambil pelajaran dari pengalaman hidup atau kejadian yang telah berlalu. Semuanya diwariskan dari generasi ke generasi, dari satu masa ke masa berikutnya. Manusia selalu belajar dari kehidupannya. Semua menjadi pengetahuan yang berguna. Pengetahuan itu disebut ilmu.
Ilmu adalah pengusir kebodohan, seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Iman juga seperti cahaya. Dalam Islam orang yang berilmu memiliki kedudukan mulia di sisi Allah. Orang berilmu juga lebih mudah mendapatkan kebahagiaan. Namun ada berbagai kondisi manusia berkaitan dengan ilmu dan iman.
Orang yang berilmu tanpa memiliki iman akan diberi kehidupan yang baik di dunia saja, namun sengsara di akhirat. Orang seperti ini ibarat dalam keadaan buta. Karena mereka melakukan perbuatan tanpa memerhatikan tuntunan agama. Saat sudah di akhirat manusia tidak bisa kembali ke dunia. Penyesalan akan diratapi selamanya.
Sementara orang yang beriman tanpa memiliki ilmu yang memadai, bisa jadi sengsara di kehidupan dunia namun juga belum tentu selamat di akhirat. Hal ini karena iman dan ibadah pun harus diiringi dengan ilmu agar tidak disesatkan oleh setan.
Kalau seseorang hanya memiliki ilmu tentang iman dan ibadah namun tanpa tambahan keilmuan di bidang lain, kehidupannya bisa jadi seperti orang pincang. Ia mampu melihat kebenaran namun tertatih-tatih menjalani kehidupan di dunia ini. Padahal sebenarnya kehidupan di dunia ini adalah ladang amal untuk nanti berkehidupan di akhirat.
Sedangkan orang yang beriman lagi berilmu akan memiliki kebahagiaan dunia-akhirat, sekaligus derajat yang tinggi di sisi Allah. Ini berdasarkan pada firman Allah Surah Al-Mujadilah ayat 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Demikian berharganya ilmu bagi orang Islam.
Namun ilmu bermanfaat yang bisa mengangkat derajat tidak didapat begitu saja bisa. Ada prasyarat yang mesti diperhatikan supaya proses menuntut ilmu lancar dan tidak berakhir pada kesia-siaan karena berjalan setengah hati.
Tidak banyak kok.
Menurut petuah Sayyidina Ali bin Abi Thalib hanya enam prasyarat yang harus disiapkan. Petuah itu telah digubah ke dalam syair berikut
Maka perhatikanlah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali memenuhi enam prasyarat. Semuanya akan aku jelaskan dengan gamblang. 1) memiliki kecerdasan; 2) semangat berilmu; 3) sabar menjalani proses; 4) bekal yang memadai; 5) adanya petunjuk dan bimbingan guru; dan 6) waktu yang panjang.
Kira-kira apa saja ya maksudnya? Mari kita ulas satu per satu.
6. Waktu yang Tidak Sebentar
Berkaitan dengan waktu harus membahas alam semesta juga nih.
Jadi, alam semesta dan kehidupan ini tidak terlepas dari waktu. Waktu sudah ada sejak Allah menciptakan alam semesta. Segala sesuatu di alam semesta terikat oleh waktu.
Di dalam waktu manusia berkembang dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak terampil menjadi mahir. Dari hidup menyendiri menjadi hidup dalam kebersamaan. Waktu mengajarkan pengalaman hidup. Manusia juga belajar dari kesalahan dan mencoba hal baru. Semuanya terjadi di dalam waktu.
Pembagian waktu di sekolah biasanya disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Jenjang sekolah dasar ditentukan selama enam tahun. Sekolah menengah juga enam tahun, SMP-SMA. Sarjana empat tahun, dan seterusnya. Ternyata agar memiliki ilmu dan mahir diperlukan waktu yang tidak sebentar. Jika ada kendala dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama lagi.
Selama bersekolah pun waktu dibagi-bagi.
Dalam setahun ada dua semester yang masing-masing berisi enam bulan. Hari-hari dalam setiap bulan itu diisi dengan belajar dan belajar. Sudah menjadi kenyataan, tidak ada jalan pintas untuk mendapatkan ilmu. Setelah menempuh semua jenjang pendidikan, manusia masih harus belajar lagi dari kehidupan seperti belajar dari pekerjaan, harapan, kesalahan dan dan bertemu dengan realitas yang seringkali tidak selaras dengan keinginan.
Manusia harus mau belajar dan belajar.
Menurut agama Islam, waktu belajar dimulai sejak manusia lahir sampai kelak ia dikuburkan. Artinya selama masih hidup, mau tidak mau manusia harus belajar. Karena dunia terus berubah, manusia yang berhenti belajar akan kesulitan menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Mengapa demikian? Karena setiap bertambah usia ada hal baru yang mesti dipelajari.
Tetapi tenang, belajar sapanjang hidup tidak akan pernah membosankan kok. Karena setiap seseorang mendapatkan ilmu, ia akan sadar bahwa ilmunya menjadi semakin sedikit. Ternyata di luar sana ada lebih banyak orang berilmu dibanding dirinya, sehingga semangat belajar akan terpacu dengan sendirinya. Selain itu orang yang merasa memiliki ilmu juga akan semakin rendah hati terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Petunjuk Guru
Prasyarat berikutnya adalah adanya guru.
Zaman memang telah begitu canggih. Dengan internet, kapan pun dan di mana pun manusia bisa mencari tahu apa pun. Konten model bagaimanapun dan bahkan tutorial memperbaiki apa pun dengan mudah bisa ditemukan di internet. Mulai dari perkara agama sampai pada urusan masak-memasak. Lantas, apakah dengan demikian peran guru menjadi tidak penting?
Mari kita diskusikan.
Peran pendidikan bukan hanya sebatas membentuk kepribadian manusia yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan juga bukan hanya urusan absen-mengabsen. Lebih dari itu, pendidikan berperan membentuk pribadi yang berkarakter. Pembentukan karakter hanya bisa dilakukan jika ada pihak yang telah memiliki kemampuan dan pengalaman membimbing. Pihak yang dimaksud adalah guru.
Ada beragam latar belakang, potensi dan masalah yang dimiliki siswa. Guru akan mengarahkan sebaiknya ke ranah mana siswa melangkah. Guru akan mencatat dan menilai pencapaian prestasi yang telah ditorehkan berdasarkan potensi yang dimiliki. Guru juga mengadakan perbaikan, bimbingan dan dukungan bagi siswa yang tertinggal atau menghadapi kesulitan pemahaman.
Guru juga dengan senang hati menjadi teman belajar sekaligus menjadi orang tua yang mengawasi perkembangan anak didiknya. Guru sudah cukup senang jika peserta didik mau memahami materi yang dibimbing. Apalagi jika anak didik mampu menyelesaikan tantangan tugas yang diberikan dengan antusias.
Guru juga ikut khawatir jika ada satu saja anak didiknya tidak memberi kabar, atau terlambat memahami pelajaran. Apalagi jika ada anak didik yang tidak baik-baik saja perkembangannya. Ada siswa yang memiliki masalah di rumah.
Selain itu, sebagai manusia biasa guru juga memiliki kelemahan dan kekurangan. Bahkan kesalahan. Namun sebagaimana siswa, guru harus senantiasa mau belajar. Segenap pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki guru akan diberikan semuanya kepada para peserta didik.
Guru adalah orang tua dalam bidang pendidikan. Sebagai orang tua guru siap memberi petunjuk. Selalu siap melayani siswa yang haus pengetahuan dan bimbingan.
Namun guru tetaplah “orang lain” yang siap ditinggal anak didiknya yang telah lulus dan semakin dewasa. Sebagai orang lain guru juga siap dilupakan. Seperti saat ada anak didiknya yang sukses, guru tidak akan akan mengharapkan apa pun.
Hanya bermodal keikhlasan guru siap memandu murid dari tidak tahu menjadi tahu. Dari sekedar tahu menjadi rangking satu. Huehue. 😭
4. Perbekalan
Ini adalah prasyarat yang terdengar paling menyenangkan. Tetapi tetap perlu dijelaskan.
Menuntut ilmu adalah proses perjalanan panjang yang penting dan genting. Ingat, penting dan genting! Penting karena dapat menentukan kualitas karakter manusia, dan genting karena persiapan dan kewaspadaan yang harus senantiasa dijaga. Jika meleset sedikit saja maka waktu, tenaga, dan modal akan terbuang sia-sia.
Untuk menghadapi situasi yang penting dan genting, bekal pendidikan harus disiapkan. Persiapan pendidikan dimulai sejak dari keluarga dan lingkungan. Interaksi anak-anak dengan keluarga dan lingkungan akan terbentuk kebiasaan.
Selama proses pembiasaan itu harus waspada terhadap berbagai pengaruh negatif. Karena terlambat sedikit saja masa depan yang dipertaruhkan. Kewaspadaan juga harus terus dipertahankan selama anak menjalani proses pendidikan.
Persiapan lain yang perlu ada adalah bekal yang cukup. Bekal yang dimaksud adalah secara materiil maupun formil.
Bekal paling utama adalah kesehatan. Fisiknya harus diisi dengan makanan halal dan bergizi. Akalnya harus diisi dengan pengetahuan yang berisi. Tindakannya harus mengarah pada akhlakul karimah. Tubuhnya harus terbalut pakaian yang sesuai syariah.
Perlengkapannya harus mampu mendukung proses menuntut ilmu yang akan dilalui dengan susah payah. Meskipun menuntut ilmu sebenarnya banyak senangnya sih. Lanjut. Perjalanannya harus mudah dan didukung oleh adanya transportasi ke sekolah atau madrasah.
Semua itu membutuhkan biaya.
Perlu diketahui, biaya tidak harus senantiasa berwujud uang. Ketidakmampuan uang bisa diganti dengan dukungan orang-orang yang peduli pendidikan.
Biaya yang paling utama adalah niat untuk mencerdaskan. Sehingga orang tua, siswa, guru, bahkan negara dan masyarakat patut mengupayakan agar anak-anak mendapatkan hak pendidikan. Selebihnya adalah usaha maksimal untuk menambal kekurangan, termasuk masalah keuangan. Bagaimanapun pendidikan tetap butuh pembiayaan.
Namun sayangnya di zaman ini tidak sedikit orang tua yang salah memberikan dukungan. Seperti memberikan sejumlah uang jajan dan kendaraan keren yang sebenarnya tidak sesuai dengan usianya.
Biaya memang diperlukan untuk pendidikan. Tetapi alokasi yang tidak tepat hanya akan menumbuhkan sikap manja dan perilaku tidak baik lainnya dalam diri anak-anak. Selain itu pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai juga dapat membahayakan diri anak-anak sendiri.
Padahal pendidikan bertujuan membentuk karakter baik seperti kemandirian, takwa, ketekunan, keterampilan, dan sebagainya. Semua biaya seyogyanya diarahkan untuk menyukseskan tujuan-tujuan tersebut.
Pembiayaan adalah salah satu modal pendidikan. Jika kurang biaya patut dicarikan bantuan. Namun pembiayaan juga tidak boleh berlebihan agar tidak menjerumuskan. Bekal itu harus cukup, tidak kekurangan juga tidak berlebihan.
3. Sabar
Berikutnya yang dibutuhkan dalam mencari ilmu adalah kesabaran. Dengan kesadaran waktu yang relatif panjang, gemblengan guru, dan persiapan perbekalan yang memadai semua hanya akan sia-sia jika siswa tidak memiliki kesabaran. Sabar yaa Mas, Mbak. Menuntut ilmu itu memang harus disabar-sabarkan.
Orang kuat bukanlah mereka yang mampu mengangkat dan menjatuhkan beban berat. Orang kuat adalah orang yang tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, selalu tabah, tenang, dan tidak tergesa-gesa, serta tidak terburu nafsu. Orang kuat adalah mereka yang sanggup menghadapi semua itu.
Kadangkala dalam proses menuntut ilmu memang akan menghadapi berbagai kendala. Baik kendala kecil maupun kendala besar. Ada yang berkendala dalam berteman, ada yang gagal mengendalikan diri sendiri, ada pula yang ragu dengan kemampuan diri sendiri. Ada yang memiliki pengalaman traumatik.
Kendala-kendala di atas tak jarang membuat siswa melakukan kesalahan. Sepanjang semua hal itu masih dalam batas normal, kesalahan yang dilakukan selama belajar adalah sebuah kewajaran. Jika mendapatkan terguran dari guru, itu merupakan wujud kasih sayang. Sabar, dan jangan diulangi kesalahan yang sama. Jangan pula membuat masalah baru yang disengaja.
Selain itu terkadang dalam belajar anak-anak akan menghadapi kesulitan. Kesulitan-kesulitan dalam belajar harus diimbangi dengan semangat dan kesabaran. Semangat berfungsi mendorong kemauan belajar, sementara sabar berfungsi menyelamatkan dari rasa putus asa. Semangat dan sabar. Sabar dan semangat adalah kunci keberhasilan.
2. Semangat
Dalam hal apa kita sebaiknya bersemangat?
Dalam hal apa pun yang kita lakukan. Semangat adalah jiwa perbuatan. Semangat timbul dari rasa optimis dan yakin. Yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan akan memberikan manfaat. Termasuk dalam menuntut ilmu.
Semangat masih berkaitan dengan rasa syukur. Mari kita singgung sedikit tentang syukur.
Dalam Al-Quran Allah berkali-kali menegur manusia karena tidak pandai bersyukur. Orang yang tidak pandai bersyukur disebut ingkar alias kufur nikmat. Ada banyak ragam orang yang ingkar nikmat, di antaranya dengan tidak mau memaksimalkan potensi yang dimiliki atau enggan dalam belajar. Bisa jadi hal itu timbul karena malas atau salah dalam memilih pergaulan.
Padahal manusia dianugerahi kecerdasan yang bermacam-macam. Namun kecerdasan itu harus ditempa lagi agar menjadi semakin berharga.
Kecerdasan sama seperti logam. Logam yang tidak diolah akan dibiarkan tanpa bentuk dan berkarat. Namun logam yang ditempa dengan baik bisa menjadi barang yang berguna.
Ada logam yang ditempa menjadi kendaraan, perangkat teknologi, perhiasan, dan berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh kehidupan.
Tujuan belajar adalah menempa akal dan potensi diri agar menjadi berharga. Terkadang belajar terasa tidak menyenangkan. Karena perubahan menjadi berharga tidak jarang sakit rasanya serta melelahkan.
Logam yang berharga harus mau dipanaskan, dicairkan, lalu ditempa sedemikian rupa.
Oleh karena itu, dalam belajar dibutuhkan semangat. Hanya semangat yang dapat menutupi rasa lelah dalam belajar.
Setelah semua tahapan belajar itu dilalui akan tercipta sebuah pribadi yang terampil dan tangguh. Pribadi yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Pribadi yang tidak kalah berharga dibandingkan logam.
Pribadi yang telah ditempa dalam pelajaran tidak akan gentar menghadapi kehidupan.
Pepatah lama mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
1. Kemampuan
Kemampuan yang dimaksud di sini adalah kecerdasan. Sepanjang manusia memiliki akal, ia memiliki kecerdasan. Selama manusia dapat memahami hal-hal di sekitarnya, dia memiliki kecerdasan. Semua manusia sejak lahir telah membawa kecerdasan.
Ada banyak macam tipe keserdasan yang bisa dikenali. Hal ini bisa ditahui lewat respons terhadap hal-hal di sekeliling.
Sebagian lagi ada yang menyukai gambar bergerak (video) dan sebagian lagi menyukai nada. Sementara yang lain menyukai kegiatan berhitung dengan berpikir matematis. Ada pula yang peka terhadap konten berbahasa.
Semuanya adalah bekal kecerdasan yang dapat digunakan dan dikembangkan dengan cara belajar, belajar dan belajar.
Di antara tugas pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan apa pun adalah membina sikap, kemampuan, dan keterampilan pelajar agar kelak percaya diri menghadapi masa depan. Bermodalkan kecerdasan yang ada pada diri masing-masing anak, semua dapat merasakan pendidikan yang sama.
Posting Komentar untuk "Pelajar Wajib Tahu! Ini 6 Prasyarat Sukses Menuntut Ilmu"
Posting Komentar