Terapi untuk Penderita Epilepsi
Tidak. Tidak. Saya bukan ahli kesehatan. Saya juga bukan terapis. Saya juga bukan orang yang berpengalaman mengikuti terapi.
Tetapi saya adalah penderita epilepsi yang secara tak sengaja menemukan cara untuk mengurangi dampak epilepsi.
Tenang. Saya tidak akan melakukan penjualan. Saya bukan pembuat konten marketing. Saya juga tidak menawarkan iklan.
Saya hanya penderita yang kebetulan memiliki pengalaman. Pengalaman menderita epilepsi, sekaligus terapi yang sedikit banyak bisa mengatasinya.
Sebelum itu cerita dulu ya.
Saya memiliki gejala epilepsi, kelihatannya sejak kecil. Pada tahun 2018 saya mencoba perekaman gelombang otak dengan EEG di sebuah rumah sakit pemerintah di Surabaya. Malangnya hasil tes negatif, alias tidak ada gejala.
Padahal penyakit ini saya rasakan semakin lama semakin mengurangi produktivitas. Dokter yang memeriksa saya sebelum melakukan tes telah mendefinisikan ini sebagai epilepsi. Ternyata epilepsi itu terbagi-bagi, dan untuk kasus saya kategorinya adalah "unspecified" alias tak terdefinisikan. Sampai keluar hasil tes pun masih tak terdefinisikan.
Baca juga: Ini Bahayanya Jika Kita Kurang Bersyukur
Memang saat dilakukan tes, gejala epilepsi ini tidak muncul. Mungkin ini yang menyebabkan lokasi gelombang otak yang bermasalah tidak terbaca oleh mesin. Karena tuntutan pekerjaan akhirnya pemeriksaan ini tidak saya lanjutkan.
Berarti permasalahannya belum selesai dong? Iya.
Akhirnya saya harus mencari cara untuk mereduksi kelainan ini.
Seiring analisis saya terhadap perkembangan penyakit ini, saat ini saya kehilangan kemampuan memvisualisasikan secara spasial. Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengatur dan meletakkan benda-benda. Seperti bermain catur, membuat tabel, dan mengangkat-meletakkan perabotan.
Hal-hal di atas tentu saja sebenarnya adalah aktifitas sederhana. Tetapi kemampuan itu bagi saya sekarang telah banyak berkurang. Saya bahkan saat ini tidak bisa mengikuti gerakan senam. Efeknya jika saya paksa, saya akan terjungkal. Efek penyakit ini akan lebih terasa lagi jika saya kurang tidur. Pasti keesokan harinya akan terjadi kejang dan kedutan di beberapa anggota tubuh tanpa bisa dikendalikan. Jadi, kemampuan spasial saya bermasalah.
Saya belum menemukan saran dokter karena saya tidak melanjutkan pemeriksaan. Niatnya sih ingin segera melanjutkan, cuma belum ada kesempatan. Karena proses sampai pemeriksaan alat EEG cukup panjang. Ternyata banyak juga orang yang sarafnya bermasalah, tetapi bukan gila lo.
Akhirnya saya hanya berpikir untuk melatih otak dengan kemampuan spasial. Lewat apa? Gampang saja, dan hepi.
Lewat permainan.
Ya, lewat game.
Game apa yang digunakan.
Tetris.
Tetris?
Iya, Tetris. Game yang kotak-kotak balok gitu. Nggak nyangka setelah beberapa waktu game ini mampu saya kuasai.
Kemudian saya coba mengoperasikan Excel, mujur sekali tanpa kendala. Saat masih bermain tetris kemampuan spasial saya meningkat. Hal ini tidak hanya berlangsung saat bermain game, tetapi juga dalam pekerjaan sehari-hari.
Kini sudah agak lama saya tidak memainkan game itu dan gejala ketidakmampuan spasial kembali lagi. Mungkin saya akan berlatih lagi menggunakan Tetris. Ada banyak pilihan permainan di Play Store. Siapa sangka permainan sederhana ini bisa meningkatkan kemampuan spasial saya.
Disclaimer: Saya tidak menyarankan terapi yang tidak sengaja saya dapatkan ini untuk semua penderita epilepsi. Karena seperti yang telah saya sebutkan di atas, epilepsi itu jenisnya ada bermacam-macam. Saya saja tidak tahu jenis epilepsi yang saya derita. Namun kita tidak boleh berputus asa.
Cukup sekian. Semoga membantu.
Posting Komentar untuk "Terapi untuk Penderita Epilepsi"
Posting Komentar