Jalan Woles Mengatasi Hambatan Menulis

Jalan Woles Mengatasi Hambatan Menulis

Menulis di blog tak semudah menyiram pot. #Apasih.


Kadang semangat, kadang menurun semangatnya. Kalau nggak semangat ya kering gitu suasana menulis. Akhirnya blog jadi korban. Itu realita saya membuat tulisan

Yang awalnya semangat beli domain biar bisa kelihatan profesional, akhirnya terbengkalai juga.

Menulis itu harus diakui memang berat kalau tidak terbiasa. Karena kemampuan menulis harus menggunakan dua bagian otak sekaligus, kanan dan kiri. Sementara kegiatan lain hanya mengandalkan satu bagian saja yang dominan. Kalau buat tidur ya nggak ada yang ngerjain apa-apa otaknya.

Otak kiri lebih condong pada pemikiran sistematis. Contohnya berpikir hitung-hitungan, atau sibuk dengan pernyataan salah atau benar. Otak kiri juga otak analisis dan logis. Sementara otak kanan adalah bagian otak yang kreatif, penuh imajinasi, dan liar. Isi perasaan ada di sini, tetapi yang merasakan tetaplah hati. Kalau kamu punya hati, #eh.

Pekerjaan yang dominan otak kiri ya seperti akuntan, penjaga kasir, pengukur jalan, insinyur gedung dan sebagainya. Sementara yang dominan otak kanan seperti artis, yang seniman ya, bukan selebritis. Artis semacam pemahat, pelukis, perupa, desain digital juga boleh dikatakan artis.

Pekerjaan di atas tetap memainkan kedua peran otak, tetapi satu lebih dominan. Sementara menulis harus mengaktifkan kedua belah pihak. Karena menulis itu harus kreatif dan sistematis. Kalau kreatif saja tetapi acak-acakan 'kan kasihan yang baca, ya. Sementara kalau sistematis saja tetapi kaku yang baca juga jadinya kaya robot. Kasihan lagi.

Satu-satunya jalan keluar ya sering berlatih. Aku suka semboyan Kopassus, "Kami tidak hebat, tetapi terlatih." Kopassus yang digadang-gadang sebagai pasukan hebat itu ternyata "terlatih". Kalau gitu berarti semua bidang pekerjaan juga bisa hebat kalau "terlatih." Sip lah, menulis juga gitu kayanya.

Selain persoalan kanan-kiri, memang ada penyakit lain yang biasa menghampiri penulis. Umumnya dalam ilmu menulis ada istilah writer's block, semacam kehilangan inspirasi menulis gitu. Tetapi umumnya para penulis berhenti menulis sepertinya karena faktor cari-cari alasan deh. Mulai takut tulisannya ini-itu, fasilitas ga memadai, lagi apalah, dan sebagainya. Jadi deh tulisan nggak kelar-kelar.

Kalau aku mau menulis di blog ini ya, mungkin karena pengaruh generasi milenial, bila terlalu kaku jadinya beku. Jadi malas gitu. Ini tentu tidak baik. Niat awal dulu blog ini dibikin sesuai niche-niche--an gitu, eh di tengah jalan kehilangan arah. Memang istiqamah itu sulit.

Mungkin aku punya alasan lucu kenapa tidak kunjung menulis di blog. "Malu", itu kataku. Kenapa? Karena aku tidak siap buat terkenal, wakakakakaka.

Lah ngapain lu kepedean? Ya, bagaimana gak pede. Namanya saja nulis di internet, bisa dibaca banyak orang. Meskipun semua orang bisa sepakat atau tidak, suka atau pun benci ya nama kita tetap terpampang jejak digitalnya. Entah terkenal baik atau buruk sama-sama terkenalnya dan sebenarnya gue tidak siap, gitu. Agak overconfidents sih, tapi itu realita. Meskipun pada kenyataanya nge-blog itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada SEO-SEO-an yang bikin pusing kepala.

Woles sajalah, yang penting rutin dijalani. Menulis tema apa pun tiap hari, biar ada sirkulasi ide dari otak ke tulisan. Senang juga kalau ada yang suka baca. 

Mikir royalti-royalti dari menulis jadinya kok pusing sendiri ya. Karya belum ada, tetapi sudah mikir dapat uang berapa dari menjual karya tulis. Makanya berat. Dibikin senang aja dulu.

Intinya, selagi muda, selagi masih hidup jangan berhenti berkarya. Karya adalah peninggalan kita yang baik. Siapa tahu blog ini "abadi". Kalau ada yang dapat inspirasi dari sini pahalanya akan tetap mengalir meskipun aku sudah mati. Lah, kok serem ya.

Eh, ini semua aku menulis dari hati lo. 💟 Katanya yang datang dari hati akan sampai ke hati. Boleh dijawab, emang tulisan ini sudah sampai hati(-mu)? Ini termasuk godaan menulis.


Posting Komentar untuk "Jalan Woles Mengatasi Hambatan Menulis"